Sabtu, 11 Oktober 2014

Impian Cita Rasa Rumah Makan "SI DOWER"

Hi blogger. Ketemu lagi niiiiih. Eeiittss, pastinya buka blog Saya karena penasaran yaaaa dengan posting-postingan Saya. Kali ini Saya akan memposting mengenai impian Saya dalam membuka suatu usaha. Makin penasaran kan? Scrolldown aja yuuk...

Usaha yang ingin Saya dirikan adalah membangun rumah makan yang berbeda dari rumah makan pada umumnya. Dimana rumah makan Saya ini kental dengan nuansa adat betawi. Mulai dari menu makannya, dekorasinya, sampai pramuniaganya. Pramuniaganya sendiri memakai pakaian adat betawi. Yaitu, baju koko, celana batik, serta peci untuk laki-laki dan kebaya untuk perempuan. Satu lagi yang membuat tempat makan saya unik yaitu, Saya juga menambahkan fasilitas bermain untuk anak-anak. Fasilitas-fasilitas yang Saya sediakan seperti mandi bola, bombomkar, basket, ayunan, dan jungkat-jungkit. Uupss, ada yang kelewatan nih, rumah makan ini Saya sendiri yang memberi nama. Nama dari rumah makan Saya adalah Rumah Makan “SI DOWER”. Kenapa Saya memberi nama itu? karena Saya terinspirasi dari nama Almarhum kakek Saya yang bernama asli H.Solihin. Beliau adalah sosok Bapak serta Kakek yang baik bagi anak cucunya. Ketika saya kecil, beliau pernah bercerita bahwa semasa kecilnya beliau biasa dikenal oleh orang-orang dengan sebutan “Si Dower”.

Untuk menunya sendiri Saya menyediakan berbagai jenis hidangan makanan dan minuman khas betawi. Diantaranya :
1.      Sayur Asem



2.    













2.      Semur Jengkol 












3.      Sayur Gabus Pucung 












4.      Pecak Ikan Gurame 








5.      Kerak Telor 










6.      Kue Rangi












7.      Asinan Betawi 









8.      Soto Betawi 










9.      Es Selendang Mayang 










10.      Bir Pletok 













11.      Es doger 









Harganya pun bervariasi. Mulai dari Rp 15.000 sampai berkisar Rp 100.000. Saya juga akan memberikan diskon 25% bagi pengunjung yang makan diatas harga Rp 300.000.

Untuk penempatan lokasi pun, Saya mencari tempat yang strategis. Seperti di pusat kota. Dimana biasanya pengunjung yang datang kebanyakan adalah orang-orang kantor pada jam-jam istirahat, para keluarga yang menyempatkan datang dihari libur, dan para pecinta masakan khas betawi. Selain bisa dimakan ditempat, pemesanan juga bisa melalui via telfon dan via online. Saya juga berkeinginan agar makanan khas betawi ini tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga terkenal sampai ke Mancanegara. Maka dari itu Saya menggunakan media online sebagai sarana untuk mempromosikan tempat makan Saya. 

Minggu, 05 Oktober 2014

Perkenalan Diri

Nama Saya Siti Rohmah, biasa dipanggil Omeh atau Siro hehe. Saya tinggal di Jalan Arabika 3 Blok Z7 No.2A RT 010 RW 005, Pondok Kopi, Jakarta Timur. Saya lahir pada tanggal 3 Agustus 1996, jadi sekarang umur saya sudah menginjak 18 tahun. Saya beragama Islam. Nama Ayah Saya Nasirudin, Ibu Saya bernama Muprodeh, kedua orang tua Saya asli orang Jakarta. Saya anak pertama dari tiga bersaudara. Adik pertama Saya laki-laki, yang bernama Abdurrahman Fazri, sekarang dia kelas 2 SMP di SMP Nuris. Adik kedua Saya bernama Zahra Ramadhani, sekarang dia kelas 3 SD, di SDN Pondok Kopi 02 pagi. 

Saya bersekolah di SDN Pondok Kopi 02 Pagi, lalu melanjutkan di SMPN 139 Jakarta, dan terakhir di SMKN 48 Jakarta dengan jurusan Akuntansi. Kini Saya menuntut ilmu di Universitas Gunadarma cabang Kalimalang. Hobi Saya bermain basket, menari, berenang, membaca novel, dan menonton film. Makanan yang paling Saya sukai adalah makanan yang dibuat oleh Ibu Saya, terutama kentang balado, tahu goreng, semur ikan patin, terong balado, dan kangkung saus tiram. Memang benar, tidak ada makanan yang paling nikmat selain makanan yang dibuat oleh Ibu kita sendiri. 

Dulu sewaktu umur Saya 3 tahun, Saya terkena penyakit DBD. Pada malam hari, Saya tiba-tiba muntah darah dari hidung dan mulut Saya, orang tua Saya langsung panik dan cepat-cepat membawa Saya ke RS Islam Jakarta Timur. Sesampainya disana Saya langsung dimasukan ke dalam UGD. Sampai-sampai dokter yang menangani Saya, berbicara kepada orang tua Saya, bahwa Saya hampir tidak tertolong jika terlambat dibawa ke Rumah Sakit. Alhamdulillah, Allah masih memberikan Saya umur sampai Saya bisa seperti sekarang ini. 

Kemudian pada saat Saya berumur 6 tahun. Saya dan teman Saya yang bernama tika sedang bermain di lapangan di depan rumah. Di lapangan tersebut terdapat satu buah pohon jambu yang cukup besar. Kemudian teman Saya tika menaiki pohon itu sambil memakan buah jambu diatas pohon. Saya tidak mau kalah dengan tika, Saya juga ingin menaiki pohon itu sambil memakan jambu diatas pohon. Namun sebelum Saya sampai ke atas pohon, Saya terpeleset dan dagu Saya tertancap batang pohon jambu yang tajam. Dagu Saya pun robek dan berdarah sangat banyak. Tika yang melihat kejadian itu langsung panik dan memberitahukan kepada Ibu Saya. Ibu Saya yang tidak tahu proses kejadian tersebut, malah memarahi Tika dan menuduh Tika untuk menyuruh Saya menaiki pohon jambu tersebut hehehe. Sungguh malang nasibnya Tika hehehe, berniat untuk membantu, malah terkena omelan dari Ibu Saya hehe. 

            Mungkin itu saja yang dapat Saya ceritakan ke Ibu Okta. Jika ada kesalahan dalam pengetikan maupun ejaan, mohon dimaafkan.




Kamis, 02 Oktober 2014

Kesuksesan Si Penjual Marsote



Hi, Blogger. Kali ini Saya akan mengupas kisah sukses “  SI PENGGULUNG KULIT LUMPIA “. Siapa sih yang dimaksud  SI PENGGULUNG KULIT LUMPIA  ini?. Mau tau lebih mendalam mengenai kisah suksesnya?. Ini dia awal kisah suksesnya Si Penggulung Kulit Lumpia.



Pakde, begitulah sapaan akrab para pelanggannya. Pria berusia 50 tahun ini, yang bernama asli Warsono, memulai awal karirnya di Jakarta pada tahun 2005. Bermodalkan dengan uang sebesar Rp 150.000 miliknya. Ia mencoba membuka lapangan pekerjaan sendiri. Dengan menciptakan sebuah inovasi pada makanan ringan yang Ia jual keliling. “MARSOTE” yang terbuat dari bahan makanan MARTabak (kulit lumpia), Sosis, dan Telor. Pakde mendapatkan bahan-bahan tersebut di pasar, dan menurutnya bukan hal yang sulit untuk mendapatkan bahan baku tersebut. Makanan sederhana namun banyak digemari oleh berbagai macam kalangan. Mulai dari anak-anak, pelajar, sampai orang dewasa menyukai marsote. Selain enak, harganya pun terjangkau dan sesuai dengan kantong para pelajar. Yaitu mulai dari harga yang paling murah sebesar Rp 3.000, sampai harga termahal yaitu sebesar Rp 12.000 kita sudah dapat menikmati marsote sesuai yang kita inginkan. 



Rata-rata dalam sehari, Ia dapat menjual sekitar 100 gulung marsote. Omzet yang Ia dapatkan dalam sehari berkisar Rp 400.000. Jadi, dalam sebulan Pakde mendapatkan omzet ± Rp 12.000.000/bulan. Dari omzet yang didapatkannya, Pakde dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan juga membiayai pendidikan anak-anaknya. Sampai Ia dapat menyekolahkan anaknya dan meraih gelar S2 di Universitas Indonesia dengan jurusan Akuntansi. Bukan hal yang mudah untuk mendapatkan penghasilan sebesar itu. Karena, untuk memperoleh hasil yang maksimal, Pakde melewati proses yang tidak mudah. Mulai dari sulitnya memasarkan produk dagangannya, sampai mencari pelanggan


Hampir 80% pelanggan tetap Pakde adalah para pelajar. Kenapa? Karena awal ia menjajakan marsote adalah di sekolah-sekolah. Mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Biasanya, dagangan Pakde ramai dikunjungi pada saat waktu pulang sekolah. Maka tidak heran jika pembeli kebanyakan dari kalangan pelajar.


Selama menggeluti usahanya, Alhamdulillah menurutnya sampai saat ini Ia tidak mengalami kesulitan. Bahkan semakin hari, usahanya semakin berkembang. Salah satu keunikan yang dimiliki dari usaha yang digeluti pakde adalah MOTTOnya. Ini dia MOTTO dari usaha Pakde :




Okay blogger. Gimana nih menurut kalian kisah suksesnya Pakde? Pastinya memacu semangat kita untuk membuka usaha sendiri dan sukses seperti Pakde, bukan? Ohiya, sedikit pesan  yang Saya ingat dari pakde, bahwa “ Kesuksesan itu berasal dari kemauan, niat yang lebih untuk maju serta doa dalam setiap usahanya”.